Perjanjian Jepara Wikipedia

Perjanjian Jepara Wikipedia

Administrative Districts

Jepara Regency comprises sixteen districts (kecamatan), tabulated below with their areas and their populations at the 2010 census[2] and the 2020 census,[3] together with the official estimates as at mid 2023.[1] The table also includes the locations of the district administrative centres, the number of administrative villages in each district (totaling 184 rural desa and 11 urban kelurahan - the latter all in Jepara town district), and its post code.

Note: (a) comprises 11 urban kelurahan (Bapangan, Bulu, Demaan, Jobokuto, Karangkebagusan, Kauman, Panggang, Pengkol, Potroyudan, Saripan and Ujungbatu) and 5 rural desa.

The population is almost entirely Javanese and over 95% Muslim.[citation needed] As a pesisir ('coastal') area many traders from around the world landed in Jepara centuries ago.[citation needed]

Tourism in Jepara is an important component of the economy of Jepara and a significant source of tax revenue. Jepara is a town which is known for its culinary, education, tourism, and rich cultural heritage. There are many possibilities and opportunities for the city to prosper and benefit more, but yet until now the government has not yet fully utilized them. Jepara, although only a small town, has many tourist attractions, with the mountain tourism, beach tourism, underwater tours, tour of the islands. Foreign tourists often visit Tirto Samodra Beach (Bandengan Beach), Karimunjawa Islands (Crimon Java), Kartini Beach, etc.

6°35′31″S 110°40′16″E / 6.592071°S 110.671242°E / -6.592071; 110.671242

Jepara (bahasa Jawa: ꦗꦼꦥꦫ) (atau disebut juga Jepara Kota) adalah ibu kota Kabupaten Jepara yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Kabupaten Jepara. Jepara juga merupakan sebuah wilayah kecamatan yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.[3]

Menurut C. Lekkerkerker, nama Jepara berasal dari kata Ujungpara. disebut ujungpara karena dahulu ada orang dari Majapahit yang sedang berjalan melewati daerah yang sekarang disebut Jepara, melihat nelayan yang sedang membagi-bagi ikan hasil tangkapannya "membagi" dalam bahasa jawa adalah "Para" (dibaca: Poro), maka pengembara tersebut menceritakan di kota tujuannya bahwa dia melewati Ujung Para karena dia melewati ujung pulau Jawa yang ada yang membagi ikan.

Kemudian berubah menjadi Ujung Mara, dan Jumpara, yang akhirnya berubah menjadi Japara pada tahun 1950an diubah menjadi Jepara hal itu dibuktikan adanya Persijap (Persatuan Sepak bola Japara). Kata Ujung dan Para sendiri berasal dari bahasa jawa, Ujung artinya bagian darat yang menjorok ke laut dan Para yang artinya menunjukkan arah, yang digabung menjadi suatu daerah yang menjorok ke laut.

Letak geografis memang menempatkan Jepara di semenanjung yang strategis dan mudah di jangkau oleh para pedagang. Para dari sumber yang lain diartikan Pepara, yang artinya bebakulan mrono mrene, yang kemudian diartikan sebuah ujung tempat bermukimnya para pedagang dari berbagai daerah. Orang Jawa menyebut menyebut nama Jepara menjadi Jeporo, dan orang Jawa yang menggunakan bahasa krama inggil menyebut Jepara menjadi Jepanten, dalam bahasa Inggris disebut Japara, Sedangkan orang Belanda menyebut Yapara atau Japare.

Kecamatan Jepara terbagi menjadi 4 desa dan 11 Kelurahan, yaitu:

Pada umumnya penduduk Jepara merupakan suku Jawa, dan beberapa suku lain dari Indonesia. Tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan Jepara sebanyak 92.967 jiwa, dengan kepadatan 1.167 jiwa/km².[2] Kemudian, persentasi penduduk kecamatan Jepara berdasarkan agama yang dianut yakni Islam 97,03%, kemudian Kekristenan 2,93% dimana Protestan 2,41% dan Katolik 0,51%. Selebihnya buddha sebanyak 0,02% dan Hindu 0,02%.[4]

Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar masyarakat Kecamatan Jepara menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Jeporonan.

Kecamatan Jepara memiliki beberapa taman, yaitu:

Masakan khas Jepara, adalah:

Kecamatan Jepara terdapat 1 Polindes, 1 Puskesmas dan 3 Rumah Sakit, yaitu:

Kecamatan Jepara terdapat beberapa Pasar, yaitu:

Wikimedia Commons memiliki media mengenai

Jepara là một thành phố thuộc tỉnh Trung Java. Thành phố Jepara có diện tích km², dân số là người. Thủ phủ đóng tại.

Jepara Regency có tất cả các loại thực phẩm điển hình của Jepara, đó là:

Jepara Regency có tất cả các loại đồ uống đặc trưng của Jepara, đó là:

Jepara Regency có tất cả các loại của Snack điển hình và tráng miệng Jepara, đó là:

Jepara Regency có một số giống, cụ thể là:

Jepara Regency có tất cả các loại thực phẩm lưu niệm đặc trưng của Jepara, đó là:

Jepara Regency có tất cả các loại hàng hoá lưu niệm điển hình của Jepara, đó là:

Way Jepara adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lampung Timur, Lampung, Indonesia.

Way Jepara memiliki wilayah seluas 135,78 km². Wilayah administratif kecamatan ini terbagi menjadi 16 desa yakni desa Braja Fajar, Braja Emas, Braja Caka, Braja Dewa, Sri Wangi, Jepara, Sumberjo, Sri Rejosari, Labuhan Ratu Dua, Sumur Bandung, Labuhan Ratu Satu, Braja Sakti, Braja Asri,Sumber Marga, Labuhan Ratu Danau dan Labuhan Ratu Baru.

Secara geografis, Way Jepara berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Ratu di sebelah utara, Kecamatan Bandar Sribhawono dan Kecamatan Mataram Baru sebelah selatan kemudian di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Braja Selebah, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sukadana. Apabila dilihat dari topografi, semua desa mempunyai topografi datar.

Wilayah Way Jepara mempunyai danau, yaitu Danau Way Jepara.

Pertanian merupakan sektor lapangan kerja yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Lampung Timur. Sektor pertanian di Way Jepara terbagi dalam berbagai subsektor baik pertanian padi, palawija, perkebunan hingga peternakan. Lahan pertanian di kecamatan ini paling banyak dimanfaatkan untuk sawah, yakni sekitar 28% dari lahan pertanian yang ada. Selain dimanfaatkan untuk sawah, lahan pertanian bukan sawah paling banyak digunakan untuk perkebunan yaitu seluas 27%. Pada pertanian subsektor peternakan hewan besar, jenis mamalia kambing merupakan komoditas terbanyak yang dibudidayakan, yaitu sebanyak 54.867 ekor atau sebanyak 57% dari total hewan ternak besar di kecamatan ini pada 2014.

Jumlah industri pengolahan dengan jumlah tenaga kerja antara 1-19 orang di Way Jepara mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni hingga 33,92% pada 2014 dari 298 usaha pada 2011. Selain itu, ada pula 49 usaha industri pengolahan dengan tenaga kerja 20-99 orang pada 2014.

Pengaliran listrik oleh PLN telah mencapai seluruh desa yang ada di Way Jepara. Namun, belum seluruh rumah tangga yang ada pada tiap desa di kecamatan ini yang menggunakan listrik PLN. Jumlah pelanggan listrik yang disediakan oleh PLN pada 2014 sebanyak 11.585 pelanggan di mana pelanggan terbanyak berada di Desa Braja Sakti. Jumlah pelanggan PLN pada tahun ini tumbuh cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang pada saat itu jumlahnya baru mencapai 9.657 pelanggan.

Penduduk Way Jepara selama 2014 berjumlah 47.811 jiwa dengan kepadatan 352 jiwa/km². Di kecamatan tersebut terdapat 6.857 rumah tangga, dengan rata-rata tiap rumah tangga berisikan tiga orang anggota rumah tangga. Rasio antara penduduk laki-laki dan perempuan (sex ratio) kecamatan ini pada tahun 2015 adalah 103. Hal ini berarti selama tahun 2015 perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 103 orang penduduk laki-laki berbanding 100 orang penduduk perempuan.

Perumahan rakyat menurut klasifikasi di Way Jepara pada 2015 yang terbanyak adalah rumah sederhana sebanyak 38,00%, kemudian rumah permanen sebesar 33,91% dan rumah semi permanen sebanyak 28,09%.

Islam adalah agama yang paling banyak dianut oleh penduduk Way Jepara dengan jumlah penganut sebanyak 97% penduduk. Oleh karena itu, berdiri banyak sarana ibadah bagi umat Islam, yaitu 35 bangunan masjid dan 26 bangunan musala. Sedangkan untuk tempat ibadah umat agama lain, terdapat 4 bangunan gereja dan belum ada bangunan pura maupun wihara di kecamatan ini. Hal ini mungkin disebabkan kecilnya jumlah penduduk yang beragama beragama Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha yang hanya mencapai kurang lebih 3% penduduk.

Sarana pendidikan di Way Jepara tersedia baik formal maupun non formal. Adapun untuk pendidikan formal tersedia hingga tingkat perguruan tinggi. Sarana pendidikan terbanyak tersedia pada tingkat pendidikan sekolah dasar yakni sebanyak 28 sekolah dan 212 ruang belajar. Semakin tinggi jenjang pendidikan, sarana pendidikan yang tersedia pun semakin berkurang. Sarana pendidikan yang tersedia untuk jenjang sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan antara lain berturut-turut sebanyak 5 sekolah dengan 78 ruang belajar serta 3 sekolah dan 39 ruang belajar. Sedangkan untuk pendidikan tinggi terdapat 2 perguruan tinggi.

Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Way Jepara sebagian besar atau 82,56% merupakan tenaga kesehatan medis, seperti bidan, perawat dan dokter dengan jumlah bidan sebanyak 36 orang. Sarana kesehatan yang tersedia di kecamatan ini pada tahun 2014 didominasi oleh praktik bidan swasta sebanyak 35% dari keseluruhan sarana kesehatan yang ada. Belum tersedia rumah sakit di kecamatan ini pada tahun 2014.

Pada 2014, sebagian besar jalan yang ada pada Way Jepara ialah jalan diperkeras, yakni sebesar 39,11% dari seluruh panjang jalan. Sebesar 29,76% dari panjang jalan yang ada di kecamatan ini merupakan jalan aspal. Namun, sebagian besar (89,87%) panjang jalan aspal yang ada berada dalam keadaan rusak. Kendaraan bermotor berupa sepeda motor menjadi moda transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat pada 2014, yakni sebanyak 96,76% dari seluruh kendaraan bermotor yang ada.[2]

Way Jepara dilintasi Jalan Raya Lintas Pantai Timur rute AH 25. Jalan ini digunakan untuk jalur cepat dari Pelabuhan Bakauheni menuju kota-kota lainnya di Sumatra, seperti Palembang. Kecamatan ini dapat dicapai dengan angkutan perintis atau travel dari pelabuhan Bakauheni dengan jarak sekitar 100 km. Bila tidak ingin berurusan dengan calo di pelabuhan, cukup dengan mengatakan dijemput. maka gangguan calo akan selesai. Selain dari Bakauheni, Way Jepara juga dapat dicapai dari Kota Metro melalui rute jalan provinsi yang melintasi Metro-Pekalongan-Batanghari Nuban-Sukadana-Labuhan Ratu-Way Jepara dengan jarak sekitar 50 km dan dapat menggunakan sarana bis dan angkot berwarna biru dengan rute angkot Metro-Pekalongan atau Metro-Pekalongan-Batanghari Nuban-Sukadana.

Way Jepara pelabuhan laut namanya diabaikan Hasjrul Harahap akan dilaksanakan 2015 untuk rute: Way Jepara-Karimunjawa-Balikpapan, Way Jepara-Cilamaya, Way Jepara-Tanjung Pandan, Way Jepara-Tulungselepan, Way Jepara-Muara Sabak, Way Jepara-Cilamaya-Tegal, Way Jepara-Sampit-Toli-Toli, Way Jepara- Ketapang (Kalimantan Barat)-Pulau Laut, Way Jepara-Karimunjawa-Makassar, Way Jepara-Semarang-Mataram, Way Jepara-Selayar, Way Jepara-Karimunjawa.

Bila menggunakan kendaraan sendiri, disarankan untuk tidak melakukan perjalanan pada malam hari karena Jalan Raya Lintas Pantai Timur minim penerangan jalan dan ada bagian tertentu yang jalannya rusak, terutama dekat jembatan.

Bách khoa toàn thư mở Wikipedia

Jepara là một huyện (tiếng Indonesia: kabupaten) ở đông bắc của tỉnh Trung Java tại Indonesia. Huyện lị là Jepara. Tên gọi Jepara xuất phát từ Ujung Para, Ujung Mara và Jumpara sau đó trở thành Jepara, nghĩa là khu định cư nơi mà các thương nhân buôn bán giữa các khu vực khác nhau. Theo một nhà văn có tên tuổi người Bồ Đào Nha là Tomé Pires in his Suma Oriental ", một Jepara được biết đến vào thế kỷ XV (1470) là một cảng giao thương nhỏ. Dân số của huyện hầu như toàn bộ là người Java và trên 95% là tín đồ Hồi giáo.

Trus karya tataning bumi

Kabupaten Jepara (Indonesia)

Kabupaten Jepara (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦗꦼꦥꦫ, Pegon: جڤارا pengucapan bahasa Jawa: [d͡ʒəpɔrɔ]) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya berada di kecamatan Jepara. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di bagian Barat dan Utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di bagian Timur, serta Kabupaten Demak di bagian Selatan. Wilayah kabupaten Jepara juga meliputi Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa.[6] Jumlah penduduk Jepara pada akhir tahun 2022 sebanyak 1.252.566 jiwa.[3]

Menurut sejarahwan Hindia Belanda Cornelis Lekkerkerker, nama Jepara berasal dari kata Ujungpara yang kemudian berubah menjadi kata Ujung Mara, Jumpara, dan akhirnya Jepara atau Japara. Kata Ujungpara berasal dari bahasa Jawa yang terdiri atas dua kata, yaitu Ujung dan Para. Kata Ujung berarti “bagian darat yang menjorok jauh ke laut”, sedangkan kata Para, berarti "menunjukkan arah”. Dengan demikian, kata Ujungpara berarti “suatu daerah yang letaknya menjorok jauh ke laut”. Dalam sumber lain, kata Para merupakan kependekan dari Pepara, yang artinya "bebakulan mrono mrene" (berdagang ke sana ke mari). Dengan artian ini, maka kata Ujungpara juga berarti "sebuah ujung tempat bermukimnya para pedagang dari berbagai daerah".[7]

Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110°9'48,02" sampai 110°58'37,40" Bujur Timur dan 5°43'20,67" sampai 6°47'25,83" Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara terletak di Pantura Timur Jawa Tengah yang bagian barat dan utaranya dibatasi oleh laut. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan. Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 km²) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km²).[8]

Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut Jawa. Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa.

Batas wilayah administrasi Kabupaten Jepara meliputi:

Secara topografi, Kabupaten Jepara dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara, wilayah dataran rendah di bagian tengah dan Selatan, wilayah pegunungan di bagian Timur yang merupakan lereng Barat dari Gunung Muria dan wilayah perairan atau kepulauan di bagian utara merupakan serangkaian Kepulauan Karimunjawa.

Dengan kondisi topografi demikian, Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai dengan 1.301 mdpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara 0–2 mdpl yang merupakan dataran pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl merupakan perbukitan. Variasi ketinggian tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai dalam empat kemiringan lahan, yaitu datar 41.327,060 Ha, bergelombang 37.689,917 Ha, curam 10.776 Ha, dan sangat curam 10.620,212 Ha.[8]

Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi merupakan kawasan yang berada pada lereng Gunung Muria bagian barat yang mengalir sungai-sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong, dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (barat daya, barat, dan barat laut) yaitu daerah hilir (laut Jawa).[8]

Daratan utama Kabupaten Jepara memiliki beberapa jenis tanah, yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis tanah berikut Andosol coklat, terdapat diperbukitan bagian utara dan puncak Gunung Muria seluas 3.525,469 Ha, Regosol terdapat dibagian utara seluas 2.700,857 Ha, Alluvial terdapat di sepanjang pantai utara seluas 9.126,433 Ha, Asosiasi Mediterian terdapat di pantai barat seluas 19.400,458 Ha, dan Latosol yang merupakan jenis tanah paling dominan di Kabupaten Jepara terdapat di perbukitan Gunung Muria seluas 65.659,972 Ha.[8]

Suhu udara di wilayah Jepara bervariasi antara 21°–34 °C dengan kelembapan nisbi sebesar ±81%. Iklim di wilayah Jepara adalah iklim tropis dengan tipe muson tropis (Am) yang memiliki dua musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Jepara berlangsung saat angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin bertiup, yakni pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus yang curah hujan bulanannya kurang dari 25 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan di Jepara berlangsung ketika periode bertiupnya angin muson barat daya–barat laut yang bersifat basah dan lembap, angin muson ini berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 500 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Jepara berkisar antara 2.200–2.800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–150 hari hujan per tahun.

Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara, dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat permukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618–906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.

Menurut seorang penulis Portugis bernama Tomé Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90–100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada di bawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507–1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.

Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521–1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin, suaminya. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan takhta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.

Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di Bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Nimas Ratu Kalinyamat.

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549–1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani ekspor-impor. Di samping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.

Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai Rainha de Jepara Senora de Rica, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.

Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hampir 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun, serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.

Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang pada abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.

Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal di antaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai Quilimo.

Walaupun demikian, akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Namun, hal tersebut telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis pada abad 16 itu.

Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang disebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu, tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan seni ukir yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.

Menurut catatan sejarah, Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di Desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadirin. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat, dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu dia dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala Trus Karya Tataning Bumi atau terus bekerja keras membangun daerah.

Untuk Tahun 2010 ini, Jepara telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis terhadap produk ukirnya yang sangat khas.[11]

di Jepara terdapat beberapa Kerajaan pada masanya, yaitu:

Bupati yang menjabat di kabupaten Jepara saat ini ialah Edy Supriyanta, yang bertugas sebagai penjabat bupati. Sebelumnya, posisi bupati Jepara dijabat oleh Ahmad Marzuqi sebagai pemenang dalam Pemilihan umum Bupati Jepara 2017, bersama wakil bupati terpilih, Dian Kristiandi. Bagi Ahmad, jabatan tersebut merupakan jabatan periode kedua sebagai bupati Jepara. Namun pada 13 Mei 2019, Ahmad Marzuqi ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi atas kasus suap Hakim Pengadilan Negeri Semarang dan divonis tiga tahun penjara pada 2019.[12] Pelaksana tugas bupati kemudian dijabat oleh Dian Kristiandi. Setelah menjabat selama kurang lebih setahun, ia dilantik sebagi bupati Jepara, pada 2 Juni 2020.[13] Selanjutnya, setelah masa tugas Dian sebagai bupati berakhir, jabatan bupati sebagai penjabat bupati diserahkan kepada Edy Supriyanta, sejak 22 Mei 2022. Edy sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah.[14]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Jepara dalam empat periode terakhir.

Sekang Wikipedia, Ensiklopedia Bebas sing nganggo Basa Banyumasan: dhialek Banyumas, Purbalingga, Tegal lan Purwokerto.

Kabupaten Jepara adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Jepara. Kabupaten ini bersempadan dengan Laut Jawa di barat dan utara; Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur; serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yang terletak di Laut Jawa.

Kabupaten Jepara terletak di pantura timur Jawa Tengah, di mana bahagian barat dan utara dibatasi oleh laut. Bahagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pergunungan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut Jawa. Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sebahagian besar wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Penyeberangan ke kepulauan ini dilayani oleh kapal ferry yang bertolak dari Lapangan Jepara. Karimunjawa juga terdapat Lapangan Terbang Dewandaru yang didarati pesawat dari Lapangan Terbang Ahmad Yani Semarang.

Jauh sebelum adanya kerajaan-kerajaan ditanah jawa. Diujung sebelah utara pulau Jawa sudah ada sekelompok penduduk yang diyakini orang-orang itu berasal dari daerah Yunnan Selatan yang kala itu melakukan migrasi ke arah selatan. Jepara saat itu masih terpisah oleh selat Juwana.

Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.

Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencuba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.

Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak iaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya iaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin, suaminya. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.

Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.

Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.

Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.

Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.

Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.

Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.

Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara iaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.

Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.

Untuk Tahun 2010 ini, Jepara telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis terhadap produk Ukirnya yang sangat khas.[2]

Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam masakan khas Jepara, iaitu:

Bahan utamanya ikan (diusahakan ikan segar) ditambah bumbu-bumbu : bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, sereh, jahe, terasi (sedikit), gula merah, garam, merica / lada, daun salam, dan lengkuas. Semua bumbu diracik dan direbus, setelah air mendidih ikan dimasukkan sampai masak. Diusahakan jangan terlalu lama supaya lebih fresh dan protein ikan tidak banyak yang hilang.

Soto Ayam Jepara rasanya berbeda dengan Soto Ayam Kudus, Semarang, di karenakan adanya Kucai di dalam Soto Jepara.

Soto Bumbu adalah soto dari Jepara rasanya sangat berbeda dengan Soto yang lain, karena menggunakan daging sapi, usus sapi, dan babat.

Sop udang sama dengan sop pada umumnya, hanya saja ada memakai kaldu udang ditambah udang goreng dan cabe mentah yang ditumbuk (digeprek). Sop ini akan lebih nikmat dimakan selagi masih panas / hangat.

pada zamannya R.A. Kartini mereka sudah menerapkan konsep yang di zaman seni kuliner modern ini disebut dengan fusion , adalah paduan kuliner lokal dan asing, iaitu perpaduan Kuliner Belanda, Cina, dan Jawa. Salah satu contoh yang tersaji di sini adalah “pangsit” yang tidak tampak seperti pangsit yang kita kenal, tetapi justru berupa sup bening dengan dadar gulung udang yang cantik. Sup ini hampir serupa dengan pangsit pengantin yang berbahan utama pangsit goreng. Sup Pangsit Jepara adalah masakan kesukaan R.A. Kartini.

Opor Panggang hampir mirip dengan Opor Bakar Sunggingan tetapi rasanya lebih nikmat Opor Panggang.

Bongko mento adalah salah satu sajian asal keraton jepara. Sajian yang dibungus dengan daun pisang ini berisi dadar yang telah diisi dengan tumisan suwiran dada ayam yang dicampur dengan jamur kuping, soun dan santan. Kudapan ini bisa menjadi pilihan snack gurih untuk arisan atau pesta kecil di rumah Anda.

terbuat dari daging sapi sekel, santan kelapa, kecap manis, garam, cabai merah, bawang putih, bawang merah, gula merah, kemudian Campur daging, bumbu halus, santan, kecap, dan garam, lalu Masak di atas api dengan panas sedang sampai matang dan kuah mengental.

terbuat dari daging sekel, garam, merica bubuk, pala bubuk, kecap manis, minyak untuk menumis, dll.

masakan ini biasanya disajikan di waktu siang hari, Sayur Pepaya Jepara terbuat dengan bahan utamanya adalah pepaya muda yang diracik dengansantan, kluwek, dll.

Sayur asem asal Jepara ini memang mirip dengan sayur asem asal Jakarta, tidak seperti sayur asem asal jawa Tengah yang cenderung bening.

Jepara adalah salah satu kota yang ada di Jawa Tengah ini memiliki sajian yang bisa menjadi pilihan untuk menu sehari-hari. Namanya sayur betik asal Jepara ini menggunakan pepaya muda dan daging tetelan sebagai bahan utamanya.

terbuat dari daging tanpa lemak, lengkuas, daun salam, bawang merah, bawang putih, cabai merah, asam jawa, gula pasir, dll

terbuat dari Daging kambing yang lembut dan campuran rempah-rempah membuat gule petih jepara ini cocok untuk peneman makan nasi di hari raya lebaran maupun idul adha.

terbuat dari Ayam fillet, udang jerbung, kaldu ayam, santan, serai, daun jeruk, garam, gula pasir, minyak untuk menumis, dll.

Sayur Keluak Ayam Adalah makan khas Jepara.

Kagape kambing mudah di jumpai ketika hari raya Idul Adha.

Bakso biasanya menggunakan daging Kambing, Kerbau, ataupun Sapi. Di Jepara Bakso menggunakan daging ikan ekor kuning.

Bahan-bahanya adalah tepung, daging ikan tongkol, air, dll

Tongseng biasanya yang menggunakan daging Kambing, Kerbau, ataupun Sapi. Kalau di Jepara bukan dari bahan tersebut melainkan dari daging Cumi-cumi maka dinamakan Tongseng Cumi atau Tongseng Cumi-Cumi.

Rempah terbuat dari kelapa parut dan ikan dll

adalah tepung sagu yang dikukus. Setelah masak dituang dalam tempayan dan diaduk dengan sisir. Sehingga walaupun kenyal dan liat,namun bentuknya menjadi butiran-butiran kecil menyerupai sterofoam. Untuk menambah rasa, bisa ditambahkan sedikit garam dan dimakan sebagai campuran bakso, gado-gado, pecel, atau sate kikil.

Hoyok-hoyok atau disebut juga Oyol-Oyol terbuat dari tepung tapioka di campur dengan air dan ketela, setelah jadi di hidangkan dengan tambahan parutan ketela. Hoyok-hoyok adalah versi manis dari Horok-Horok.

Sate kikil atau disebut sate cecek adalah yang biasanya di santap untuk lauk makan horok-horok.

Adalah ikan laut yang dipanggang (dibakar) dan disajikan bersama sambal santan.

adalah Ikan teri mentah yang dikeringkan, bentuknya seperti bakwan.

Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam salad khas Jepara, iaitu:

Sajian yang terdiri dari berbagai macam sayuran dan disajikan dengan bumbu kelapa ini biasanya kita sebut dengan Urap. Tapi di Jepara hidangan ini disebut kuluban yang sedikit membedakan Kuluban dengan Urap adalah Kuluban terdapat nangka muda rebus dan taoge yang disajikan mentah.

Brayo adalah buah dari mangrove jenis si api-api. cara penyajian adalah Brayo di rendam dalam air kapur selama seharian, lalu di masak selama seharian, setelah matang di sajikan dengan parutan Kelapa.

Sejenis rumput laut, enak dimakan dalam keadaan segar, dan konon bisa menyembuhkan radang tenggorok, amandel.

Sajian yang terdiri dari berbagai macam sayur-mayuran dengan bumbu kunyit cabai merah dan serutan kelapa.

Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam minuman khas Jepara, iaitu:

Sutet adalah Susu Telor Tegangan Tinggi.

Horok-Horok banyak dijajakan diwarung bersama bakso atau janganan, horok-horok tersebut sebagai pengganti nasi atau lontong. Yang paling diminati adalah horok-horok dimakan dengan lauk sate cecek. Horok-horok juga dapat menjadi minuman, iaitu Wedang Horok-Horok bisa disajikan hangat ketika cuaca dingin dan juga bisa disajikan dengan es batu di cuaca yang panas.

Kopi dapur kuat mudah ditemukan di warung kopi daerah kecamatan Keling. Kopi dapur Kuwat adalah gabungan Kopi dari daerah kopi unggul iaitu damarwulan, Tempur, Kunir, Watuaji. Sehingga kopi yang di hasilkan dari racikan tersebut begitu nikmat dan istimewa.

Kopi Tempur adalah kopi yang sudah tersohor di Jepara bahkan sudah di ekspor ke luar negeri. Kopi Tempur kini sudah masuk salah satu hotel di Jepara iaitu BayFront Villa di Pantai Teluk Awur. Kopi Tempur berasal dari desa Tempur kecamatan Keling.

Adon-adon coro merupakan minuman tradisional dengan bahan : jahe, gula merah, santan, potongan kelapa muda (dibakar), dan jamu (rempah-rempah). Cara pembuatannya adalah : jahe, gula merah, santan, & potongan kelapa direbus dengan air secukupnua sampai mendidih. Sedangkan rempah-rempah sebagai jamu penolak masuk angin diracik (dicampur) tersendiri. Cara penyajiannya : satu sendok jamu ditaruh di dalam mangkok, lalu disiram dengan wedang jahe dan diminum selagi masih panas / hangat. Pada sore dan malam hari penjaja minuman Adon-adon coro banyak kita jumpai di pelataran sekitar Shopping Centre Jepara (SCJ) di sebelah utara Alun-alun Jepara. Harganya cukup murah dan dijamin dapat menghangatkan badan.

Bahan-bahannya terdiri dari gempol/pleret, santan, dan gula cair. Gempol/pleret berasal dari tepung beras yang dibuat adonan, dibentuk dan diberi warna lalu dikukus. Gempol berbentuk bulat sebesar kelereng sedangkan pleret berbentuk seperti kantong kecil. Cara penyajiannya sangat sederhana, gempol/pleret dimasukkan gelas/mangkok lalu disiram santan dan gula. Gempol dan pleret dapat disajikan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Bagi yang suka minuman segar, dapat ditambah es secukupnya.

Bahan minuman ini adalah cendol dari tepung sagu/aren, gula merah, dan santan. Semua bahan dicampur jadi satu dalam gelas/mangkok, bila diperlukan ditambah aroma/rasa buah tertentu, paling nikmat bila dicampur buah durian dan bila diperlukan ditambah es secukupnya.

Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam makanan ringan khas Jepara, iaitu:

adalah makanan khas dari desa Pendosawalan yang bahanya dari ketan yang di campur dengan kacang tolo, kemudian di rebus sampai matang, siap disajikan.

Adalah jajanan pasar khas Jepara yang berbahan dasar Jagung, mudah di temui di Pasar Anggur, Pasar kalinyamatan, dll.

Bahan-bahanya berasal dari ketela pohon yang direbus sampai matang hingga lembek lalu di bentuk dan di beri taburan kelapa parut dan gula merah.

Bahan-bahanya Tepung Kanji, Tepung Beras, garam, gula pasir, daun suji, pewarna makanan.

Rondho royal adalah tape dibungkus adonan tepung terigu ditambah gula & garam secukupnya (bila diperlukan) digoreng.

Meskipun namanya sama-sama putu, tapi putu ala Jepara ini bukan terbuat dari tepung beras. Tapi terbuat dari sagu mutiara dan kelapa parut.

merupakan gethuk dengan rasaya yang khas Jepara.

Madu mongso sangat mudah ditemukan di Jepara teutama saat Hari raya Idul Fitri.

Poci terbuat dari adonan tepung ketan dan santan kemudian dibentuk kerucut dan dibungkus daun pisang. Didalamnya diisi campuran parutan kelapa & gula merah lalu dikukus.

Sejenis kue lapis terdiri dari + 5 lapisan. Bahan pembuatnya : tepung beras, tepung tapioka, tepung maizena, gula merah, santan, garam, dan daun pandan (sebagai aroma). Tepung beras, tapioka, dan gula merah dubuat adonan dan direbus lalu dicurahkan sehingga membentuk 4 lapisan. Kemudian tepung maizena & santan direbus dan dicurah pada lapisan paling atas. Sedangkan garam & daun pandan merupakan pelengkap dalam setiap adonan.

Sejenis kue lapis terdiri dari + 5 lapisan. Bahan pembuatnya : tepung beras, tepung tapioka, gula merah, gula pasir, santan, garam, pala, dan daun pandan (sebagai aroma). Tepung beras, tapioka, gula pasir, dan santan dubuat adonan dan direbus lalu dicurahkan sehingga membentuk 3 lapisan. Kemudian tepung beras, tapioka, gula merah & santan direbus dan dicurah pada 2 lapisan atas. Pada permukaan paling atas ditaburi pala yang ditumbuk (dihaliskan). Sedangkan garam & daun pandan merupakan pelengkap dalam setiap adonan.

Bahan pembuatnya terdiri : Tepung ketan, tepung tapioka, santan, gula pasir, air jahe, dan pewarna. Semua bahan (kecuali warna) dibuat menjadi satu adonan lalu dikukus. Di bagian atas kue diberikan warna sesuai selera supaya lebih menarik.

Klenyem terbuat dari singkong (ketela pohon) yang diparut dan diperas (untuk mengurangi patinya) kemudian dibentuk gepeng dan oval di dalamnya diisi gula merah lalu digoreng.

Untuk membuat kenyol, singkong/ketela pohon diparut dan diperas, kemudian diisi gula merah dan dibungkus daun pisang lalu dikukus.

Nogosari terbuat dari tepung beras yang dibuat adonan, diisi pisang masak, dibungkus daun pisang, lalu dikukus.

Cara membuat moto belong adalah singkong diparut dan diperas lalu diisi pisang masak dan dibentuk seperti kapsul (bila perlu diberi warna). Setelah itu dibungkus daun pisang dan dikukus. Penyajiannya dengan cara dipotong/diiris tipis-tipis (sehingga berbentuk menyerupai bola mata) dan dicampur dengan parutan kelapan yang ditambah sedikit gula & garam.

Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam Oleh-oleh khas Jepara, iaitu:

Di kabupaten Jepara terdapat berbagai jenis kesenian, iaitu:

Jenis kesenian tradisional Samroh, Gambus, dan Angguk, semuanya bercorakkan keIslaman. Jenis kesenian tradisional yang lain adalah dagelan, emprak, ketropak, ludruk, kentrung, dan keroncong. Melalui beberapa kesenian tradisional ini, pemerintah menggunakannya untuk menyampaikan pesanan kepada masyarakat misalnya mengenai pembangunan dan keluarga berencana.

Kabupaten Jepara memiliki beberapa julukan, ada yang diberi julukan secara resmi ada juga yang tidak bersifat resmi, diantaranya:

Pada zaman Kerajaan Kalinyamat yang dipimpin Sultan Hadlirin ayah angkatnya yang berasal dari Cina mengukir batu yang dia bawa dari Cina untuk di letakan di Masjid Mantingan. Lalu dia mengajarkan cara mengukir yang indah kepada warga Jepara sampai sekarang. maka Jepara di Juluki Kota Ukir.

Jepara adalah kota dilahirkanya pahlawan nasional R.A. Kartini, maka Jepara di juluki Bumi Kartini.

Slogan R.A Kartini Habis Gelap Terbitlah Terang hal tersebut terealisasikan oleh pemerintah kabupaten Jepara dengan adanya 4 PLTU di Jepara, yang menjadi pemasok listrik Jawa, Bali, Madura. Oleh karena itu Bibit Waluyo (Gubernur Jawa Tengah) secara resmi memberi julukan KOTA ENERGI kepada Kabupaten Jepara.PLTU TJB Jepara merupakan PLTU pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi ramah lingkungan. Selain PLTU TJB Jepara terdapat PLTD dan PLTG, sehingga Jepara terdapat tiga macam pembangkit listrik.

Di Jepara banyak ditemukan beberapa produk fashion seperti: Tenun Ikat di Troso, Konveksi Baju di Sendang, Konveksi Celana di Bandungrejo, Konveksi Kerudung di Pendosawalan, Konveksi Bordir di Nalumsari, Perhiasan Monel di Kriyan, Perhiasan Emas di Margoyoso. Produk fashion Jepara telah membanjiri Pasar Semarang, Surabaya, Bali, Jakarta, Palembang, dll.

Banyak seni kerajinan di Jepara seperti seni ukir, sini, patung, seni relief, seni monel, seni emasan, seni gerabah, seni rotan, seni anyaman bambu, seni macan kurung, dll. Oleh karena itu Jepara di juluki Kota Kerajinan.

Pondok Pesantren sangat banyak di Rembang, tetapi di Jepara terdapat Pondok Pesantren 2x lipat jumlah pondok pesantren di Kabupaten Rembang. Oleh karena itu Jepara di kenal sebagai Kota Seribu Pondok Pesantren.

Jepara berhasil membuat Rekor MURI sekaligus Rekor Dunia dalam bidang mengukir kayu bersama terbanyak di dunia. Maka Jepara resmi menyandang gelar The World Carving Center.

The Beauty of Java tidak berlebihan di sandang oleh Jepara, karena Jepara memiliki aneka keindahan dari tempat wisata pegunungan, wisata pantai, wisata kepulauan bahkan sampai wisata bawah laut (Terumbu karang)Ditambah lagi gadis-gadis Jepara terkenl cantik-cantik. Apalagi berkali-kali Jepara mendapat Adipura di karenakan kota Jepara begitu bersih dan sangat indah. Maka untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Bupati Jepara mengambil slogan pariwisata Jepara, The Beauty of Java (Keindahannya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Jepara sebagai pusat Wisatanya Pulau Jawa.

Keindahan Kepulauan Karimunjawa keindahanya seperti di Caribbean. Karimunjawa mempunyai kesamaan lain dengan Karibia iaitu terdiri dari beberapa pulau kecil, oleh karena itu belanda memberi julukan sebagai Caribbean van Java.

Menjelang kenaikan kelas di saat liburan pertama,NY. OVINK SOER dan suaminya mengajak R.A. Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah menikmati keindahan pantai bandengan yang letaknya 7 kmke Utara Kota Jepara, iaitu sebuah pantai yang indah dengan hamparan pasir putih yang memukausebagaimana yang sering digambarkan lewat surat-suratnya kepada temannya Stella di negeri Belanda. RA Kartini dan kedua adiknya mengikuti Ny. Ovink Soer mencari kerang sambil berkejaran menghindariombak, kepada RA Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut dan dijawab dengan singkat iaitu Pantai Bandengan.Kemudian Ny. Ovink Soer mengatakan bahwa di Holland pun ada sebuah pantai yang hampir sama dengan bandengan namanya Klein Scheveningen secara spontan mendengar itu RA Kartini menyela kalau begitu kita sebut saja Pantai Bandengan ini dengan nama Klein Scheveningen[6].

Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena terdapat sentra kerajinan ukiran kayu ketenarannya hingga ke luar negeri. Kerajinan mebel dan ukir ini tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan keahlian masing-masing. Namun sentra perdagangannya terlekat di wilayah Ngabul, Senenan, Tahunan, Pekeng, Kalongan dan Pemuda. Selain itu, Jepara merupakan kota kelahiran pahlawan wanita Indonesia R.A. Kartini.

Potensi Kabupaten Jepara :

Nombor penting dan kecemasan Kabupaten Jepara:

Town in Central Java, Indonesia

District and regency seat in Central Java, Indonesia

Jepara is a town in the province of Central Java, Indonesia. Jepara is on the north coast of Java, northeast of Semarang, not far from Mount Muria, with a population of 81,920 in mid-2022.[1] It is also the main town of Jepara Regency. Jepara is known for the Javanese teak wood carving art as well as the birthplace of Kartini, a pioneer in the area of women's rights for Indonesians.

The population of Jepara Regency is approximately 1.2 million people, 49.86% male and 50.14% female. On the productivity age basis, the considered working-group age (between 15 and 64 yo) dominates Jepara's population at 67.90%, meanwhile the rest of 25.55% and 6.55% belong to the children and retired-people groups, respectively.

Jepara people are originally rooted as Javanese and religiously speaking, over 98% are Muslim.

The village of Plajan and the village of Tempur have a comparatively multi-religious population.[2]

In the 16th century, Jepara was an important port; in early 1513, its king, Yunnus (Pati Unus) led an attack against Portuguese Malacca. His force is said to have been made up of one hundred ships and 5000 men from Jepara and Palembang but was defeated. Between 1518 and 1521 he ruled over Demak. The rule of Ratu ('Queen') Kalinyamat in the latter 16th century was, however, Jepara's most influential. Jepara again attacked Malacca in 1551 this time with Johor but was defeated, and in 1574 besieged Malacca for three months.[3]

It was the site of a Dutch fort in the 17th century. It is the birthplace of Indonesian national heroine Kartini.[4]

The population is almost entirely Javanese and over 95% Muslim. As a pesisir ('coastal') area many traders from around the world landed in Jepara centuries ago. As a result, some of Jepara's residents have at part European, Chinese, Arabs, Malay or Bugis ancestry.[citation needed]

Jepara has a tropical monsoon climate (Am) with moderate to little rainfall from May to October and heavy to very heavy rainfall from November to April.

Wikivoyage has a travel guide for

Regency in Central Java, Indonesia

Jepara (Javanese: ꦗꦼꦥꦫ) is a regency in the northeast of the Indonesian province of Central Java. It covers an area of 1,020.25 km2 and had a population of 1,097,280 at the 2010 census[2] and 1,184,947 at the 2020 census;[3] the official estimate as at mid 2023 was 1,264,598 (comprising 636,096 males and 628,502 females).[1] Its capital is Jepara town.

People believed to have come from South Yunnan region migrated into the northern tip of Java during a time when Jepara was still separated by the Juwana Strait.[citation needed]

In the 16th century, Jepara was an important port; in early 1513, its king, Yunnus (Pati Unus) led an attack against Portuguese Malacca. His force is said to have been made up of one hundred ships and 5000 men from Jepara and Palembang but was defeated. Between 1518 and 1521 he apparently ruled over Demak. The rule of Ratu ('Queen') Kalinyamat in the latter 16th century was, however, Jepara's most influential. Jepara again attacked Malacca in 1551 this time with Johor but was defeated, and in 1574 besieged Malacca for three months.[4]

Jepara Regency is located in the northeastern coastal region of Central Java, bordering Java Sea in the north and west, Kudus Regency and Pati Regency in the east, and Demak Regency in the south. The eastern border is primarily a mountainous region, with the most notable peak being Mount Muria. The regency also includes the Karimumjawa Archipelago, itself recognized as an administrative district, located in the Java Sea approximately 80 kilometres northwest from the mainland part of Jepara Regency.